Ditandatanganinya Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding (MoU)) antara PT. Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), menandakan dimulainya kerjasama antara dua institusi ini. Penandatanganan ini dilakukan oleh Direktur Utama PT. KAI, Ignasius Jonan dan Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Akhmaloka Ph.D di gedung Rektorat ITB, Senin (14/3).
Kegiatan bersama tersebut meliputi partisipasi penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan teknik perkeretaapian. Serta peningkatan kemampuan dan keterampilan tenaga ahli kedua belah pihak agar dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi bidang perkeretaapian. Bentuk kerjasama ini akan diaplikasikan dalam program khusus D3 perkeretaapian yang akan dilakukan selama lima tahun ke depan.
Direktur Utama PT. KAI, Ignasius Jonan (kiri) bersama Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Akhmaloka P.Hd (kanan), menandatangani MoU tentang kerjasama program perkeretaapian di Gedung Rektorat ITB, Senin (14/3).
Dalam kesempatan tersebut Ignasius Jonan mengungkapkan bahwa, pendidikan formal bidang perkeretaapian di indonesia masih langka bahkan hampir tidak ada. Dengan harapan penyelenggaraan kerjasama ini akan memberikan kontribusi bagi kemajuan bidang transportasi perkeretaapian sebagai tulang punggung transportasi nasional.
“Hal ini dilakukan untuk peningkatan kualitas perkeretaapian di tanah air, dan bagi kami khususnya adalah mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang akan menjalankan perkeretaapian ke depan,” tutur Jonan dalam sambutanya. Ia menambahkan, karyawan PT. KAI akan mendapatkan prioritas untuk menjalani program ini. Namun apabila karyawan tersebut tidak memenuhi syarat yang dibuat oleh ITB, maka ITB diperkenankan untuk menyaring mahasiswa lain yang berasal dari luar PT. KAI.
Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Akhmaloka P. Hd (kanan) memperlihatkan cindera mata berupa logo PT. KAI yang diserahkan oleh Direktur Utama PT. KA, Ignasius Jonan (kiri) setelah menandatangani MoU antara kedua belah pihak.
“Ini adalah sebuah long term program, yang baru akan terlihat dalam jangka waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Dan dengan pendidikan ini akan menghasilkan kualitas SDM yang lebih baik,” imbuhnya. Program ini, untuk tahap pertama akan diikuti oleh 180 orang.
Menurut Akhmaloka, di negara mana pun, terutama negara-negara maju, perkeretaapian harusnya yang paling maju dibandingkan moda transportasi lainnya. “Harusnya kereta api yang memegang peran penting dalam transportasi di republik ini,” tutur Akhmaloka.
“Kereta api merupakan transportasi yang strategis, dan kita sangat senang bekerjasama dengan PT. KAI,” tambahnya. Ia melanjutkan, industri kereta api di negeri ini mesti dikembangkan oleh bersama. Tidak oleh PT. KAI saja sebagai operator, melainkan juga oleh pihak-pihak lainnya yang memiliki kompetensi dan kapabilitas. (humaska)